Menulis Feature
Oleh: Farid Gaban*
Mengapa feature?
Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi
tiga:
·
Stright/spot News – berisi materi penting yang harus segera dilaporkan
kepada publik (sering pula disebut breaking news)
·
News Feature – memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya
dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi
atau dengan memberikan latar belakang (konteks dan perspektif) melalui
interpretasi.
·
Feature – bertujuan untuk
menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.
Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar
media cetak melainkan juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot
news seringkali tak terlalu memuaskan. Spot news cenderung hanya berumur sehari
untuk kemudian dibuang, atau bahkan be-berapa jam di televisi. Spot news juga
cenderung menekankan sekadar unsur elementer dalam berita, namun melupakan
background. Kita memerlukan berita yang lebih dari itu untuk bisa bersaing.
Kita memerlukan news feature perkawinan antara spot news dan feature. Karena
tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan
aspek mendasar dari feature.
Apakah feature?
Inilah batasan klasik mengenai feature: ”Cerita
feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama
dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan.”
Kreatifitas
Berbeda dari penulisan berita biasa, penulisan feature
memungkinkan reporter ”men-ciptakan” sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika
bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh
reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan
penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.
Subyektifitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk ”aku”, sehingga
memungkinkan reporter me-masukkan emosi dan pikirannya sendiri. Meskipun banyak
reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila
tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca. Tapi, reporter-reporter muda
harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah
kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat penulisan dengan gaya ”aku”.
Kebanyakan wartawan kawakan memakai pedoman begini: ”Kalau Anda bukan tokoh
utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.”
Informatif
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin
diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Museum
atau Kebun Binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan
feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang
enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa
menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk
menciptakan perubahan konstruktif.
Menghibur
Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat
penting bagi surat kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter
surat kabar mengakui bahwa mereka tidak akan bisa ”mengalahkan” wartawan radio
dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. Wartawan radio dan TV bisa
mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu.
Sementara itu wartawan Koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian,
pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian setelah koran diantar.
Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan
saingannya, radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat
versi yang lebih mendalam (in-depth) mengenai cerita yang didengar pembacanya
dari radio.
Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter
selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita
feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh
radio dan TV atau koran lain. Feature memberikan variasi terhadap berita-berita
rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan pertentangan yang selalu
menghiasi kolom-kolom berita, feature bisa membuat pembaca tertawa tertahan.
Seorang reporter bisa menulis ”cerita berwarna-warni” untuk menangkap perasaan
dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah
bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan
segar.
Awet
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya
baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang semuanya penting luluh dalam waktu
24 jam. Berita mudah sekali ”punah”, tapi feature bisa disimpan berhari,
berminggu, atau berulan-bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan
”naskah berlebih” kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di
ruang tata muka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah
dimakan waktu. Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai keuntungan
lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup untuk
mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mempunyai mutu
yang tertinggi.
Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cukup.
Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa diperoleh setelah wawancara
dengan kawan-kawan sekerjanya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu
sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan
tertentu perwira itu.
Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature
memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting fakta-fakta
yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap
tidak meninggalkan unsur informatifnya). Karena penakanan itu, tulisan feature
sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna (colourful).
Teknik penulisan
Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah
pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik
”mengisahkan sebuah cerita”. Memang itulah kunci perbedaan antara berita
”keras” (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang
yang berkisah.
Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia
menghidupkan imajinasi pembaca; ia me-narik pembaca agar masuk ke dalam cerita
itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis
feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar,
karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi
bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita,
ia segera menerobos aturan itu.
”Piramida terbalik” (susunan tulisan yang meletakkan
informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu
penting di bagian bawah hingga mudah untuk dibuang bila tulisan itu perlu
diperpendek) sering ditinggalkan. Terutama bila urutan peristiwa sudah dengan
sendirinya membentuk cerita yang baik.
Jenis-jenis Feature
1. Feature kepribadian
(Profil)
Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya,
tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku, kemudian
mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena
kepribadian mereka yang penuh warna.
Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari
sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tanggal penting dari kehidupan si
individu. Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu. Untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini
seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah
mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka.
Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan
si subyek yang bisa meng-gambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik
juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah
bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka
berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang
si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya
dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan balans dalam
penggambaran si tokoh.
2. Feature sejarah
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari
peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau
pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature
peringatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada
peristiwa-peristiawa mutakhir yang membangkitkan minat dalam topik mereka. Jika
musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal,
pionir, fiosof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi rasial,
pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik
dalam sejarahnya. Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih
tentang peristiwa-peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan
mewawancara orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
3. Feature petualangan
Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman
istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari
sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia,
pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat
penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi
hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature
jenis ini memulai tulisannya dengan aksi momen yang paling menarik dan paling
dramatis.
4. Feature musiman
Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature
tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah
seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus
menemukan angle atau sudut pandang yang segar.
Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang
penulis menyamar menjadi Sinterklas di Hari Natal untuk merekam respon atau
tingkah laku anak-anak di seputar hara raya itu.
5. Feature
interpretatif
Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi
dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature
interpretatif bisa menyajikan sebuah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan
tertentu. Misalnya, setelah kisah berita meng-gambarkan aksi terorisme, feature
interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terotisme.
Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam
ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan
tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk menangkal perampokan.
Atau yang mengungkap lebih jauh tipikal pe-rampok bank, termasuk peluang
perampok bisa ditangkap dan dihukum.
6. Feature kiat
(how-to-do-it feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana
melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam
di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan.
Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang
jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum
berpengalaman akan cenderung menceramahi atau mendikte pembaca memberikan opini
mereka sendiri bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan
faktual.
Rujukan:
Feature Writing For
Newspaper, Daniel R. Williamson
1980
Reporting For The Print
Media, Fred Fedler, 1989
*Tulisan Farid Gaban diambil dari kem.ami.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar